Tuesday, May 3, 2011

MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Media pendidikan adalah suatu bagian yang penting dari proses pendidikan. Karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru. Karena bidang ini telah berkembang sedemikian rupa berkat kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan sikap masyarakat, maka bidang ini telah ditafsirkan secara lebih luas dan mempunyai fungsi yang lebih luas pula serta memiliki nilai yang sangat penting dalam dunia pendidikan di sekolah.  
Pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya menjalankan peranannya sebagai guru: pengajar, pembimbing, administrator, dan sebagai pembina ilmu. Salah satu segi kemampuan ini, adalah sejauh manakah ia menguasai metodologi media pendidikan di sekolah untuk kepentingan anak didiknya, sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.  Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Media Pemberlajaran ?
2) Apa Fungsi Media Pembelajaran ?
3) Apa saja klasifikasi Media Pembelajaran itu?

BAB II
PEMBAHASAN


1.      Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. [1]Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (perangkat lunak) dan/atau alat (perangkat keras). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun  kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993) memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association -NEA[2], media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut perangkat lunak dan perangkat keras yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

2.      Fungsi Media Pembelajaran
Efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.
Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi  media dalam proses pembelajaran ditunjukkan pada Gambar.


 





Gambar : Fungsi media dalam proses pembelajaran

Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media[3] adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa[4]. Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (i) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (ii) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (iii) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (iv) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (i) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (ii) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (iii) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (iv) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.

3.      Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian, media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak[5].
Pengelompokan menurut tingkat kerumitan perangkat media, khususnya media audio-visual, dilakukan oleh C.J Duncan, dengan menyususn suatu hirarki. Dari hirarki yang digambarkan oleh Duncan dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat hirarki suatu media, semakin rendah satuan biayanya dan semakin khusus sifat penggunaannya. Namun demikian, kemudahan dan keluwesan penggunaannya semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika suatu media berada pada hirarki paling rendah. Schramm (dalam Sadiman, dkk., 1986) juga melakukan pegelompokan media berdasarkan tingkat kerumitan dan besarnya biaya. Dalam hal ini, menurut Schramm ada dua kelompok media yaitu big media (rumit dan mahal) dan little media (sederhana dan murah). Lebih jauh lagi ahli ini menyebutkan ada media massal, media kelompok, dan media individu, yang didasarkan atas daya liput media.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Arsyad (2002) mengklasifikasikan media atas empat kelompok: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002) membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Pilihan media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realia. Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misal teleconference) dan media berbasis mikroprosesor (misal: permainan komputer dan hypermedia).
Dari beberapa pengelompokkan media yang dikemukakan di atas, tampaknya bahwa hingga saat ini belum terdapat suatu kesepakatan tentang klasifikasi (sistem taksonomi) media yang baku. Dengan kata lain, belum ada taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Atau memang tidak akan pernah ada suatu sistem klasifikasi atau pengelompokan yang sahih dan berlaku umum. Meskipun demikian, apapun dan bagaimanapun cara yang ditempuh dalam mengklasifikasikan media, semuanya itu memberikan informasi tentang spesifikasi media yang sangat perlu kita ketahui. Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.


BAB III
PENUTUP

1.      Simpulan
Ada beberapa batasan atau pengertian tentang media pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dirangkum bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut perangkat lunak dan perangkat keras yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman dan retensi yang lebih baik terhadap isi pelajaran. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Jadi, sasaran akhir penggunaan media adalah untuk memudahkan belajar, bukan kemudahan mengajar.
Pengelompokan media yang sudah ada pada saat ini dapat memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.
2.      Saran
Untuk tercapainya tujuan pokok pendidikan hendaklah peran pendidik tidak hanya berorientasi pada nilai akademik yang bersifat pemenuhan aspek kognitif saja, melainkan juga berorientasi pada bagaimana seorang anak didik bisa belajar dari lingkungan dari Pengalaman dan kehebatan orang lain, dari kekayaan luasnya hamparan alam, sehingga dengan pengembangan media pembelajaran siswa dapat mengembangkan sikap-sikap kreatif dan daya pikir imaginatifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. H. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran, Alih bahasa oleh: Yusufhadi Miarso, dkk., edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran, edisi 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Degeng, N. S. 2001. Media Pembelajaran. Dalam kumpulan makalah PEKERTI (Pengembangan Keterampilan Instruntur) untuk Quatum Teaching. Karya tidak diterbitkan.

Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.

Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.

Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahadjito. 1990. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, edisi 1. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Sihkabuden. 1994. Klasifikasi dan karakteristik media instruksional sederhana. Malang: FIP IKIP Malang

Sudjana, N. & Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV. Sinar Baru Badung

Warpala, I Wayan Sukra. 2008. Media Pembelajaran: http://edukasi.kompasiana.com, diunduh pada tanggal 30 maret 2011.






[1] Arsyad, 2002; Media Pembelajaran, edisi 1. Hal. 5
[2] Sadiman, A.S. 1986. Media pendidikan: pengeratian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Hal. 23
[3] Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, Hal 56
[4] Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan, Hal 56-62
[5] http://edukasi.kompasiana.com.2008. Media Pembelajaran

Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

PERAN KELUARGA DALAM
PENDIDIKAN ANAK



MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu DR. H. Subhan Salim, M.Ag



 


 Disusun oleh:
Erna isnaini                 110146
Hariyanto                    110147
Sri wahyuni                 110167



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
FAKULTAS TARBIYAH
2011






KATA PENGANTAR
          Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucapkan sukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya, sehingga penyusunan dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah ILMU PENDIDIKAN ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami tulis berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun makalah yang kami sajikan ini semoga sedikit banyak bias bermanfaat bagi oenyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan, dari berbagai pihak dan tidak lupa penyusun sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penysun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnann makalah ini.



Pati, 14 April 2011

Penyusun


A.      PENDAHULUAN
Ibarat sebuah lebah (nahl), semut (naml), dan laba-laba (ankabuut) kepergiannya di pagi hari untuk mencari penghidupan dan kedatangannya kembali di sore hari untuk berteduh dan menengok kehidupan anak-anaknya di sarangnya. Hal seperti itupun dibutuhkan lingkungan sebagai wahana mengekspresikan hasil jerih payah yang diperolehnya dalam bekerja. Begitu pula konsep yang diperoleh peserta didik dalam bangku pendidikan diperlukan exercise dan uji coba dalam lingkungan yang disebut lingkungan pendidikan. Oleh para pakar pendidikan sepakat memilah lingkungan pendidikan dapat pula disebut dengan lembaga pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Konsep ini (kemungkinan) diiilhami oleh konsepsi lingkungan pendidikan yang dilontarkan Ki Hadjar Dewantara yakni lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan pergerakan (organiasasi pemuda).
Lingkungan pendidikan itu berfungsi sebagai pelindung, pembantu/penolong, penunutun, dan pendorong bagi peserta didik agar potensi yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan benar (Kunaryo,dkk.,1994:75). Bahkan tanpa ada lingkungan pendidikan dapat dinyatakan bahwa proses pendidikan tidak akan timbul dan tidak terjadi. Karena lingkungan pendidikan berkedudukan sebagai ‘kawah candra dimuka’ yang berperan menggembleng dan mendoktrin dalam proses pendidikan. Sehingga keberadaan lingkungan pendidikan perlu mendapatkan porsi sajian yang proporsional.

B.       PEMBAHASAN

1.        Pengertian Keluarga
Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual. Dimana anggota terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan, dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu, dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain, atau hubungan sillaturrohim. Sementara satu keluarga dalam bahasa arab, adalah al-Usroh, yang berasal dari kata al-asru, yang secara etimologis mempunyai suatu ikatan. Al-Razi mengatakan, al-Asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat, baik dengan tali atau yang lainnya.
2.        Pengertian pendidikan
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata didik. Apabila diberi awalan me, menjadi mendidik, maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan(ajaran). Sedangkan apabila berbentuk kata benda, akan menjadi pendidikan yang mempunyai arti, proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Istilah pendidikan dalam konteks islam, telah banyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap term tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda, walaupun dalam hal-hal tertentu, kata-kata tersebut mempunyai kesamaan pengertian.
Dalam al-Qur’an Allah memberikan sedikit gambaran bahwa at-Tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks al-Isra’ makna at-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup aspek jasmani dan rohani, sedangkan dalam surat as-Syura hanya menyangkut aspek jasmani saja.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga, adalah proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
3.        Pendidikan Keluarga
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan  berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Dalam buku The National On  Family Stength, Nick dan De Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu:
1.        Terciptanya  kehidupan beragama dalam keluarga
2.        Tersedianya waktu bersama untuk keluarga
3.        Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak
4.        Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5.        Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi
Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan di atas, Sujana juga memberikan fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi Biologis, Edukatif, Religius, Protektif, Sosialisasi dan Ekonomis. Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi Religius dianggap fungsi paling penting, karena sangat erat kaitannya dengan edukatif, sosialisasi dan protektif. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan,maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistem dan norma agama yang direalisasikan di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

4.        Keterlibatan Anggota Keluarga Terhadap Pendidikan Anak-Anak
A.    Peranan Ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memeggang peranan terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya dari pada anggota keluarga yang lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik-buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya akan kemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan selalu menurutkan keinginan anak-anaknya, akan berakibat kurang baik. Demikian pula tidak baik seorang ibu berlebih-lebihan mencurahkan perhatian terhadap anaknya. Asalkan segala pernyataan disertai rasa kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan mudah akan tunduk kepada pimpinannya.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan seorang ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai :
·         Sumber dan pemberi rasa kasih sayang,
·         Pengasuh dan pemelihara,
·         Tempat mencurahkan isi hati,
·         Pengatur kehidupan dalam rumah tangga,
·         Pembimbing hubungan pribadi,
·         Pendidik dalam segi-segi emosional.
B.  Peranan Ayah
Disamping ibu, seorang ayahpun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai seorang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih terhadap anaknya yang telah agak besar.
Meskipun demikian, dibeberapa keluarga dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya. Ia mencari kesenangan bagi dirinya sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat didalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya dibebankan kepada istrinya, dituduhnya dan dimaki-makinya istrinya.
Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu didalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan disini, peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya ayng lebih dominan adalah sebagai :
·         Sumber kekuasaan didalam keluarga,
·         Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar,
·         Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga,
·         Pelindung terhadap ancaman dari luar,
·         Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan,
·         Pendidik dalam segi-segi rasional
C.  Peranan Pembantu Rumah Tangga (Pramuwisma)
Keluarga yang berkecukupan sosial-ekonominya sering memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga atau Pramuwisma. Tugas Pramuwisma, disamping mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, dan menyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyiram tanaman hias sering pula diserahi tugas untuk mengasuh atau memelihara anak-anak. Bahkan, ada pula Pramuwisma yang diserahi tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (babysitter) karena kedua orang tua anak-anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah diluar rumah. Dalam hal yang demikian Pramuwisma dapat dikatakan anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak didalam keluarga.
Pada umumnya Pramuwisma (yang bukan babysitter) tidakmemliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik anak-anak, apalagi Pramuwisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga. Oleh karena itu, bagi para orang tua, betapapun sibuk dan sempitnya waktu terluang, tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada Pramuwisma. Peranan Pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga seyogyanya hanyalah sebagai “pembantu” pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak didlam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dan menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.

5.        Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak-Anak
Kita semua tentu telah maklum bahwa pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak-anak berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian lagi masih menganut pendirid-pendirian kuno atau kolot.
Keadaan tiap-tiap keluarga berlain-lainan pula satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, dan ada yang kurang mampu. Ada keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya), dan ada pula keluarga kecil. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenang dan tenteram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok, dan lain sebagainya. Dengan sendirinya, keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak-anak.
Dari kecil anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cara anakitu mereaksi terhadap lingkungannya.
Jika didalam lingkungan keluarga, misalnya, anak itu sering ditertawakan dan diejek jika tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan selalu behati-hati tidak akan mencoba melakukan yang baru atau yang sukar, ia akan menjadi orang yang selalu diliputi rasa keragu-raguan.
Jika didalam lingkungan keluarganya ia selalu dianggap dan dikatakan bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Ia akan berkembang menjadi orang yang bersifat masa boboh, tidak atau kurang mempunyai perasaan harga diri.
Sebaliknya, jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua  atau lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih saying kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak yang tenag dan mudah menyesuaikan diri terhadap orang tua dan anggota-anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman-temannya. Wayaknya akan bekembang  dengan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang besar.
Dalam kenyataan masih banyak kita dapati kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga dalam mendidik anak-anaknya. Akibat umum yang timbul karena kesalahan-kesalahan pendidikan dalam lingkungan keluargadapat kita sebut mempertebal perasaan harga-diri-kurang pada anak-anak.
Mengingat buruknya akibat tersebut, dan tidak lagi sesuai dengan alam kemerdekaan kita sekarang ini, maka perlu kiranya disini diberikan beberapa petunjuk untuk memberantas, atau sekurang-kurangnya mengurangi, perasaan harga-diri-kurang :
a.       Janganlah sering melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri. Dalam hal ini masih banyak orang tua yang selalu menganggap anaknya itu masih kecil, belum dapat bebuat atau mengerjakan sesuatu sehingga orang tua kerap kali melarang anak-anaknya. Umpamanya, membawa piring atau gelas tidak boleh, takut kalau-kalau pecah. Mengangkat adiknya tidak boleh, takut kalau-kalau jatuh, dan sebagainya.
b.      Janganlah memalukan atau mengejek anak-anak dimuka orang lain. Sangat kita sayangkan pendapat orang tua, bahkan juga gurunya, yang masih menganggap alat pendidikan yang salah ini sebagai satu-satunya cara mendidik yang mendatangkan hasil.
c.       Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku “pilih kasih” terhadap anak-anak dalm keluarga kita, baik antara anak yang besar dan kecil, maupun antara anak laki-laki dan anak perempuan. Usahakan agar segala tingkah laku dan perbuatan kita menunjukkan cinta dan kasih sayang yang merata kepada mereka.
d.      Jangan memanjakan anak, tetapi tidak baik pula jika kita tidak mempedulikan, sedikit juga kepada anak-anak. Seorang anak yang dimanjakan akan kurang rasa tanggung jawabnya, selalu bersandar dan meminta pertolongan kepada orang lain, merasa diri tidak sanggup, dan sebagainya. Demikian pula anak yang tidak dipedulikan atau kurang terpelihara oleh orang tuanya, akan merasa bahwa dirinya itu rendah tak beharga, merasa diasingkan orang lain, dan sebagainya. Akibatnya, ia akan berbuat sekehendak hatinya.
C.       Simpulan
Pengertian dari pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Pendidikan dapat di kategorikan menjadi 3 (tiga) jenis pendidikan antar lain :
1)      Pedidikan Formal
2)      Pendidikan Nonformal
3)      Pendidikan Informal
Kunci keberhasilan pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada peranan dari keluarga itu sendiri. Setiap individu dalam keluarga mempunyai peran penting yang saling berkesinambungan dalam pendidikan anak-anak. Beberapa peran dalam keluarga antara lain :
1)      Peranan ibu
2)      Peranan ayah
3)      Peranan Pembantu (Pramuwisma)
Tanpa mengabaikan pengaruh terhadap lingkungan keluarga sekitar. Pengaruh lingkungan sekitar sangatlah penting untuk diperhatikan. Mengingat buruknya akibat pergaulan lingkungan sekitar yang tanpa terkontrol, menjadikan sebagian orang tua harus memperhatikan anak-anaknya. Dan sebagai motivasi anak agar anak tidak merasa kurang atau hilang percaya diri perlu ditanamkan antara lain :
1)     Janganlah sering melemahkan anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.
2)     Janganlah memalukan atau mengejek anak-anak dimuka orang lain.
3)     Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih.
4)     Jangan memanjakan anak.
DAFTAR PUSTAKA

  • Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: TERAS
  • Drs. Mudzakir, M.A. Ilmu Pendidikan (sebuah pengantar)Menuju Hidup Prospektif.          Semarang: UPT. UNNES Press.
  • Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung:      PT. REMAJA ROSDAKARYA.
  • Gene E. Hall, dkk. 2008. The Joy of Teaching: Making a Difference in Student Learning    (Mengajar Dengan Senang: Menciptakan Perbedaan Dalam Pembelajaran          Siswa). Jakarta: PT. INDEKS.
  • Muhaimin, 2003. Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar       Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya.
  • Sujana, Djuju. 1996. Peranan keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat. Bandung :           Remaja Rosdakarya.
  • Poerwadarminta, W.J.S. 1985, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
  • Winarno Surakhmad, Profesionalisme Dunia Pendidikan, From :     http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200006/artikel2.htm, Jakarta, 27 Mei          2002.
silahkan cantumkan alamat URL ini jika di pakai untuk keperluan referensi.