PERAN KELUARGA DALAM
PENDIDIKAN ANAK
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu DR. H. Subhan Salim, M.Ag
Disusun oleh:
Erna isnaini 110146
Hariyanto 110147
Sri wahyuni 110167
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
FAKULTAS TARBIYAH
2011
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucapkan sukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya, sehingga penyusunan dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah ILMU PENDIDIKAN ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami tulis berdasarkan literatur yang ada. Penyusun menyadari akan kemampuan yang sangat terbatas sehingga dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangannya. Namun makalah yang kami sajikan ini semoga sedikit banyak bias bermanfaat bagi oenyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih atas bimbingan, bantuan, dari berbagai pihak dan tidak lupa penyusun sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan hati terbuka penysun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnann makalah ini.
Pati, 14 April 2011
Penyusun
A. PENDAHULUAN
Ibarat sebuah lebah (nahl), semut (naml), dan laba-laba (ankabuut) kepergiannya di pagi hari untuk mencari penghidupan dan kedatangannya kembali di sore hari untuk berteduh dan menengok kehidupan anak-anaknya di sarangnya. Hal seperti itupun dibutuhkan lingkungan sebagai wahana mengekspresikan hasil jerih payah yang diperolehnya dalam bekerja. Begitu pula konsep yang diperoleh peserta didik dalam bangku pendidikan diperlukan exercise dan uji coba dalam lingkungan yang disebut lingkungan pendidikan. Oleh para pakar pendidikan sepakat memilah lingkungan pendidikan dapat pula disebut dengan lembaga pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Konsep ini (kemungkinan) diiilhami oleh konsepsi lingkungan pendidikan yang dilontarkan Ki Hadjar Dewantara yakni lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan pergerakan (organiasasi pemuda).
Lingkungan pendidikan itu berfungsi sebagai pelindung, pembantu/penolong, penunutun, dan pendorong bagi peserta didik agar potensi yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan benar (Kunaryo,dkk.,1994:75). Bahkan tanpa ada lingkungan pendidikan dapat dinyatakan bahwa proses pendidikan tidak akan timbul dan tidak terjadi. Karena lingkungan pendidikan berkedudukan sebagai ‘kawah candra dimuka’ yang berperan menggembleng dan mendoktrin dalam proses pendidikan. Sehingga keberadaan lingkungan pendidikan perlu mendapatkan porsi sajian yang proporsional.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Keluarga
Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual. Dimana anggota terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan, dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu, dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain, atau hubungan sillaturrohim. Sementara satu keluarga dalam bahasa arab, adalah al-Usroh, yang berasal dari kata al-asru, yang secara etimologis mempunyai suatu ikatan. Al-Razi mengatakan, al-Asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat, baik dengan tali atau yang lainnya.
2. Pengertian pendidikan
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata didik. Apabila diberi awalan me, menjadi mendidik, maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan(ajaran). Sedangkan apabila berbentuk kata benda, akan menjadi pendidikan yang mempunyai arti, proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Istilah pendidikan dalam konteks islam, telah banyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap term tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda, walaupun dalam hal-hal tertentu, kata-kata tersebut mempunyai kesamaan pengertian.
Dalam al-Qur’an Allah memberikan sedikit gambaran bahwa at-Tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Hanya saja dalam konteks al-Isra’ makna at-Tarbiyah sedikit lebih luas mencakup aspek jasmani dan rohani, sedangkan dalam surat as-Syura hanya menyangkut aspek jasmani saja.
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga, adalah proses transformasi perilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
3. Pendidikan Keluarga
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Dalam buku The National On Family Stength, Nick dan De Frain mengemukakan beberapa hal tentang pegangan menuju hubungan keluarga yang sehat dan bahagia, yaitu:
1. Terciptanya kehidupan beragama dalam keluarga
2. Tersedianya waktu bersama untuk keluarga
3. Interaksi segitiga antara ayah, ibu dan anak
4. Saling menghargai dalam interaksi ayah, ibu dan anak
5. Keluarga menjadi prioritas utama dalam setiap situasi dan kondisi
Seiring kriteria keluarga yang diungkapkan di atas, Sujana juga memberikan fungsi pada pendidikan keluarga yang terdiri dari fungsi Biologis, Edukatif, Religius, Protektif, Sosialisasi dan Ekonomis. Dari beberapa fungsi tersebut, fungsi Religius dianggap fungsi paling penting, karena sangat erat kaitannya dengan edukatif, sosialisasi dan protektif. Jika fungsi keagamaan dapat dijalankan,maka keluarga tersebut akan memiliki kedewasaan dengan pengakuan pada suatu sistem dan norma agama yang direalisasikan di lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Keterlibatan Anggota Keluarga Terhadap Pendidikan Anak-Anak
A. Peranan Ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memeggang peranan terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya dari pada anggota keluarga yang lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik-buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya akan kemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan selalu menurutkan keinginan anak-anaknya, akan berakibat kurang baik. Demikian pula tidak baik seorang ibu berlebih-lebihan mencurahkan perhatian terhadap anaknya. Asalkan segala pernyataan disertai rasa kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan mudah akan tunduk kepada pimpinannya.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan seorang ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai :
· Sumber dan pemberi rasa kasih sayang,
· Pengasuh dan pemelihara,
· Tempat mencurahkan isi hati,
· Pengatur kehidupan dalam rumah tangga,
· Pembimbing hubungan pribadi,
· Pendidik dalam segi-segi emosional.
B. Peranan Ayah
Disamping ibu, seorang ayahpun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai seorang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih terhadap anaknya yang telah agak besar.
Meskipun demikian, dibeberapa keluarga dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya. Ia mencari kesenangan bagi dirinya sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat didalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya dibebankan kepada istrinya, dituduhnya dan dimaki-makinya istrinya.
Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu didalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan disini, peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya ayng lebih dominan adalah sebagai :
· Sumber kekuasaan didalam keluarga,
· Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar,
· Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga,
· Pelindung terhadap ancaman dari luar,
· Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan,
· Pendidik dalam segi-segi rasional
C. Peranan Pembantu Rumah Tangga (Pramuwisma)
Keluarga yang berkecukupan sosial-ekonominya sering memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga atau Pramuwisma. Tugas Pramuwisma, disamping mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, dan menyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyiram tanaman hias sering pula diserahi tugas untuk mengasuh atau memelihara anak-anak. Bahkan, ada pula Pramuwisma yang diserahi tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (babysitter) karena kedua orang tua anak-anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah diluar rumah. Dalam hal yang demikian Pramuwisma dapat dikatakan anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak didalam keluarga.
Pada umumnya Pramuwisma (yang bukan babysitter) tidakmemliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik anak-anak, apalagi Pramuwisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga. Oleh karena itu, bagi para orang tua, betapapun sibuk dan sempitnya waktu terluang, tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada Pramuwisma. Peranan Pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga seyogyanya hanyalah sebagai “pembantu” pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak didlam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dan menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.
5. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak-Anak
Kita semua tentu telah maklum bahwa pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak-anak berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian lagi masih menganut pendirid-pendirian kuno atau kolot.
Keadaan tiap-tiap keluarga berlain-lainan pula satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, dan ada yang kurang mampu. Ada keluarga yang besar (banyak anggota keluarganya), dan ada pula keluarga kecil. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenang dan tenteram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok, dan lain sebagainya. Dengan sendirinya, keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak-anak.
Dari kecil anak dipelihara dan dibesarkan oleh dan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga, baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak-anak. Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cara anakitu mereaksi terhadap lingkungannya.
Jika didalam lingkungan keluarga, misalnya, anak itu sering ditertawakan dan diejek jika tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan selalu behati-hati tidak akan mencoba melakukan yang baru atau yang sukar, ia akan menjadi orang yang selalu diliputi rasa keragu-raguan.
Jika didalam lingkungan keluarganya ia selalu dianggap dan dikatakan bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Ia akan berkembang menjadi orang yang bersifat masa boboh, tidak atau kurang mempunyai perasaan harga diri.
Sebaliknya, jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih saying kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak yang tenag dan mudah menyesuaikan diri terhadap orang tua dan anggota-anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman-temannya. Wayaknya akan bekembang dengan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang besar.
Dalam kenyataan masih banyak kita dapati kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh anggota keluarga dalam mendidik anak-anaknya. Akibat umum yang timbul karena kesalahan-kesalahan pendidikan dalam lingkungan keluargadapat kita sebut mempertebal perasaan harga-diri-kurang pada anak-anak.
Mengingat buruknya akibat tersebut, dan tidak lagi sesuai dengan alam kemerdekaan kita sekarang ini, maka perlu kiranya disini diberikan beberapa petunjuk untuk memberantas, atau sekurang-kurangnya mengurangi, perasaan harga-diri-kurang :
a. Janganlah sering melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri. Dalam hal ini masih banyak orang tua yang selalu menganggap anaknya itu masih kecil, belum dapat bebuat atau mengerjakan sesuatu sehingga orang tua kerap kali melarang anak-anaknya. Umpamanya, membawa piring atau gelas tidak boleh, takut kalau-kalau pecah. Mengangkat adiknya tidak boleh, takut kalau-kalau jatuh, dan sebagainya.
b. Janganlah memalukan atau mengejek anak-anak dimuka orang lain. Sangat kita sayangkan pendapat orang tua, bahkan juga gurunya, yang masih menganggap alat pendidikan yang salah ini sebagai satu-satunya cara mendidik yang mendatangkan hasil.
c. Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku “pilih kasih” terhadap anak-anak dalm keluarga kita, baik antara anak yang besar dan kecil, maupun antara anak laki-laki dan anak perempuan. Usahakan agar segala tingkah laku dan perbuatan kita menunjukkan cinta dan kasih sayang yang merata kepada mereka.
d. Jangan memanjakan anak, tetapi tidak baik pula jika kita tidak mempedulikan, sedikit juga kepada anak-anak. Seorang anak yang dimanjakan akan kurang rasa tanggung jawabnya, selalu bersandar dan meminta pertolongan kepada orang lain, merasa diri tidak sanggup, dan sebagainya. Demikian pula anak yang tidak dipedulikan atau kurang terpelihara oleh orang tuanya, akan merasa bahwa dirinya itu rendah tak beharga, merasa diasingkan orang lain, dan sebagainya. Akibatnya, ia akan berbuat sekehendak hatinya.
C. Simpulan
Pengertian dari pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Pendidikan dapat di kategorikan menjadi 3 (tiga) jenis pendidikan antar lain :
1) Pedidikan Formal
2) Pendidikan Nonformal
3) Pendidikan Informal
Kunci keberhasilan pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada peranan dari keluarga itu sendiri. Setiap individu dalam keluarga mempunyai peran penting yang saling berkesinambungan dalam pendidikan anak-anak. Beberapa peran dalam keluarga antara lain :
1) Peranan ibu
2) Peranan ayah
3) Peranan Pembantu (Pramuwisma)
Tanpa mengabaikan pengaruh terhadap lingkungan keluarga sekitar. Pengaruh lingkungan sekitar sangatlah penting untuk diperhatikan. Mengingat buruknya akibat pergaulan lingkungan sekitar yang tanpa terkontrol, menjadikan sebagian orang tua harus memperhatikan anak-anaknya. Dan sebagai motivasi anak agar anak tidak merasa kurang atau hilang percaya diri perlu ditanamkan antara lain :
1) Janganlah sering melemahkan anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.
2) Janganlah memalukan atau mengejek anak-anak dimuka orang lain.
3) Jangan terlalu membeda-bedakan dan berlaku pilih kasih.
4) Jangan memanjakan anak.
DAFTAR PUSTAKA
- Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: TERAS
- Drs. Mudzakir, M.A. Ilmu Pendidikan (sebuah pengantar)Menuju Hidup Prospektif. Semarang: UPT. UNNES Press.
- Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.
- Gene E. Hall, dkk. 2008. The Joy of Teaching: Making a Difference in Student Learning (Mengajar Dengan Senang: Menciptakan Perbedaan Dalam Pembelajaran Siswa). Jakarta: PT. INDEKS.
- Muhaimin, 2003. Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya.
- Sujana, Djuju. 1996. Peranan keluarga Dalam Lingkungan Masyarakat. Bandung : Remaja Rosdakarya.
- Poerwadarminta, W.J.S. 1985, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
- Winarno Surakhmad, Profesionalisme Dunia Pendidikan, From : http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200006/artikel2.htm, Jakarta, 27 Mei 2002.
0 komentar:
Post a Comment